MANADONESIA.COM - Penjelasan Gus Baha soal etika ibadah sunnah dengan menyitir “Sholat Dhuha itu cukup sebulan sekali!” memang menarik.
Statement Gus Baha ini mungkin mengundang banyak pertanyaan. Tapi kalau diamati, di balik statement tersebut, Gus Baha ingin agar yang sunnah dalam Islam tetap jadi sunnah.
Ada efek yang cukup mengkhawatirkan dari meningkatnya semangat keberagamaan, baik di level individu maupun sosial.
Apalagi jika peningkatan semangat beribadah tersebut tidak diiringi oleh meningkatnya pengetahuan dan ilmu seseorang atas agama atau ibadah yang dia lakukan.
Baca Juga: Gus Baha, Yaya Toure dan Para Kiai yang Menggandrungi Sepak Bola
Salah satunya adalah potensi kewajiban ibadah-ibadah yang sebenarnya sunnah. Potensi dan efek ini diamati oleh Gus Baha.
Dalam sebuah pengajiannya, di lansir dari laman YouTube Ngaji Gus Baha, Senin 27 Februari 2023.
Penjelasan Gus Baha soal etika ibadah sunnah bisa diamati pertama dari perkataan beliau, “kalau saya ini bukan ulama, pasti akan sering salat qabliyah, ba’diyah, witir dan lain sebagainya.
Tapi masalahnya kan ada etika; jika hal yang sunnah dilakukan terus menerus, ada kekhawatiran akan dianggap wajib, ungkap Gus Baha.
Dalam konteks wacana keberagamaan hari ini, orang cenderung memandang ibadah sunnah sebagai standar dan simbol keberislaman itu sendiri.
Padahal di luar itu, ada ibadah-ibadah yang sebenarnya lebih sunnah atau justru wajib, baik yang sifatnya ritual maupun sosial, yang lebih layak dilakukan.
Kecenderungan untuk menjadikan yang sunnah sebagai rutinitas, dan pada akhirnya menimbulkan kesan wajib pada hal-hal yang sunnah, adalah bukti bahwa pemahaman terhadap agama mulai bergeser.
Efeknya, kata Gus Baha, dalam konteks ilmu, ketika hal-hal sunnah dilakukan secara terus-menerus dan massif, maka muncul kekhawatiran hal itu akan dianggap wajib.
Padahal ulama-ulama kita, yang secara ibadah juga cenderung lebih khusyuk, mentradisikan yang sunnah haruslah tetap sunnah.