Yang mana, tidak bisa dipungkiri bahwa nasionalisme Indonesia sangat mementingkan spiritualitas. Keduanya hampir tak terpisahkan.
Gus Baha mengingatkan agar kita kembali kepada spiritualitas. Bahwa agama itu penting. Jangan terjebak dalam kekaguman membabi buta atas kemajuan material belaka.
Gus Baha mengingatkan akan keutamaan menjadi orang beriman. Sekalipun salah, gagal, dan tidak mendapatkan kemakmuran materil. Allah lebih menyukai keimanan daripada kekafiran.
Dalam pengajiannya tersebut, Gus Baha menyinggung tentang sebagian orang yang mengidolakan negara Barat yang bisa maju tanpa Islam.
Biasanya, orang-orang yang pro LSM asing. Mereka memandang negara-negara Islam yang terbelakang dengan penuh penyesalan.
Terkadang sampai menyalahkan Islamnya. Banyak pemuka agama Islam yang gagal menjalankan perannya sebagai penjaga negara agar bersih dari korupsi.
Mereka membandingkan antara negara Islam dan tidak Islam berdasarkan kemajuan dan kemakmuran. Negara kafir bisa maju, bersih dari korupsi, tanpa Islam. Jadi ada kesimpulan, bahwa Islam atau tidak Islam, tidaklah penting. Artinya agama tidak penting.
Menurut Gus Baha, logika ini kurang tepat. Pertama, kekafiran itu sendiri sudah salah. Sudah dosa. Dosanya bahkan paling besar di sisi Allah.
Berdasarkan ijma ulama, dosa paling besar adalah dosa kekafiran. Jadi, sekali lagi, jangan sampai terjebak dalam logika yang salah sebagai orang beriman.
Kedua, Allah sendiri menilai bahwa orang mukmin yang salah karena tidak menjalankan perintah agama, lebih baik dibanding orang-orang kafir.
Menurut Gus Baha, ini dibuktikan dengan cerita dalam peristiwa perang Uhud.
Dalam sebuah ceramahnya, Gus Baha pernah bertanya, “Gus apa benar, kekalahan perang uhud karena sahabat melanggar perintah Rasulullah?”
“Saya sudah jadi kiai sudah lama. Tiap rabu saya ngajikan alumninya bapak. Ngaji tafsir jalalain. Khatam bolak-balik. Tapi setiap ngaji, saya dapat pemikiran baru.”
Menurut Gus Baha sejak kecil kita diberitahu bahwa sebab kekalahan umat Islam dalam perang Uhud adalah karena ada sebagian sahabat yang salah.
Mereka tidak mematuhi instruksi Nabi yang memerintahkan agar mereka tetap di atas gunung untuk menjaga serangan mendadak dari pasukan kafir. Ketika mereka melanggar, lalu orang kafir menyerang, dan umat Islam kalah.