"Akhirnya ketemu saya cerita. Saya bilang, apa orang nyari rumput itu tidak ibadah. Apa orang nyopir itu bukan ibadah. Orang mencari nafkah untuk keluarga itu kan juga ibadah,” kata Gus Baha.
Jika kemudian seluruh umat muslim di dunia diminta untuk beribadah secara terus menerus di dalam mesjid saat Ramadhan lantas bagaimana cara mereka memenuhi kebutuhan hidup keluarganya?
"Masjid ramai saat sholat jamaah itu saja sudah sangat bagus menurut Allah. Beri’tikaf itu memang penting dan dianjurkan. Tapi tidak setiap waktu juga beri’tikaf,” imbuhnya.
Gus Baha lantas balik bertanya kepada si Ketua Takmir.
Tanya Gus Baha, Jika seorang dokter berhenti kerja karena harus memakmurkan masjid saat Ramadhan, terus bagaimana nasib para pasiennya?
Pun demikian lanjut Gus Baha, para pekerja lainnya yang harus berhenti bekerja karena memakmurkan masjid, sementara di rumahnya ada anak istrinya yang harus ia nafkahi.
"Jika kemudian satpam suruh berhenti kerja, sopir suruh berhenti kerja karena harus menghidupkan masjid, gimana mereka mencari nafkah keluarganya?” tanya Gus Baha.
Gus Baha lantas menceritakan sebuah kisah saat Nabi Muhammad SAW menggelar majelis taklim di teras masjid bersama para sahabat.
Suatu ketika lewat seorang pemuda dengan membawa cangkul.
Pemuda itu dengan santainya melewati majelis tersebut dan berlalu begitu saja tanpa berhenti mengikuti pengajian.
"Semua sahabat yang melihat hal tersebut berkata, sungguh celaka pemuda itu karena tidak berhenti saat ada majelis Rasulullah,” cerita gus Baha.
Mendengar hal tersebut, Rasulullah langsung menegur para sahabat yang mengikuti majelisnya.
“Kalian tidak boleh berkata demikian,” kata gus Baha.
“Jika dia kerja menafkahi ibunya yang lemah atau anaknya yang lemah itu juga ibadah. Itu juga sunnahku. Akhirnya para sahabat sadar,” kisah gus Baha.
Dari kisah tersebut, dapat disimpulkan bahwa mencari nafkah juga merupakan ibadah. Dengan catatan ia mencari nafkah dengan cara yang halal.