Dalai Lama adalah kepala tibetan budisem yang dipercayai sebagai perwujudan atau reinkarnasi dari salah satu sifat Buddha yakni Welas Asih. Ia juga bertindak kepala pemerintahan Tibet yang mengendalikan sebagian besar negara dari ibukota lasa.
Fakta unik selanjutnya bahwa dengan mengontrol Tibet, China bisa mengontrol 47% populasi dunia dan 87% populasi Asia yang bergantung pada air bersih yang datang dari Tibet.
Makanya Cina tetap menganggap Tibet salah satu provinsinya dan diberi kedudukan sebagai daerah otonomi khusus atau tibetan autunomous region dan sebenarnya bukan Budha agama pertama yang tumbuh di Tibet, tapi ada salah satu aliran samanisme yang eksis sebelum Budha yang datang di tahun 630 sampai 649 masehi.
Ajaran Buddha sangat berpengaruh dalam kehidupan orang Tibet larangan memakan daging membuat hampir semua orang Tibet adalah vegetarian.
Ajaran tentang reinkarnasi membuat orang Tibet menjulurkan lidah sebagai tanda hormat atau saat mereka memberi salam. Itu karena dulunya ada pemimpin Tibet abad ke-9 bernama langderma populer dengan kekejamannya dan lidahnya yang hitam, nah untuk memastikan dirinya bukan reinkarnasi, mulailah budaya menjulurkan lidah sebagai hal yang penting dan terhormat di daerah ini. Berbeda dengan di Indonesia yang dianggap sebagai sebuah tindakan kurang etis.
Kebiasaan aneh lainnya adalah buang hajat di mana saja. Jangan kaget jika kamu ke Tibet dan melihat perempuan, laki-lqki dewasa maupun anak kecil jongkok di pinggir jalan atau di rumput di tanah dan di depan umum yang sedang menuntaskan kebutuhannya itu.
Karena mereka tidak mengenal konsep toilet. Wilayah seluas 1,228 juta km2 dengan penduduk berjumlah 3,56 juta jiwa, rumah sangat jarang tidak sering dijumpai.
Wajar saja mereka bisa membuang hajat di manapun saat itu juga. Ada toilet tapi itu hanya untuk pendatang, malah justru aneh jika ada satu rumah ada fasilitas toiletnya.
Anomali penduduk Tibet bagi dunia yang juga dipengaruhi oleh kondisi wilayahnya adalah budaya poliandri umum dijumpai.
Perempuan Tibet memiliki lebih dari satu suami yang hampir semua suami adalah saudara kandung atau kerabat dekatnya.
Ini adalah cara adaptif yang umum dilakukan penduduk Himalaya baik di bagian Cina maupun India dengan menikahi pria-pria yang bersaudara.
Tanah garapan tidak perlu lagi terbagi tetap menjadi milik satu keluarga, mereka juga bisa merawat dan membesarkan anak tanpa peduli siapa ayah biologis yang sebenarnya.
Dan dalam pembagian kerja, mereka ini sedikit lebih ideal dari yang lain sama-sama merawat anak sama-sama mengurus rumah dan sama-sama turun ke kebun dan beternak.
Dan jika istri keluar rumah mereka akan menggunakan pakaian tradisionalnya yang bernama kuba disertai celemek merupakan bergaris itu agar suaminya bisa panjang umur.
Itulah beberapa fakta unik di Tibet yang mungkin masih banyak orang tidak mengetahuinya.***