Ditanya oleh Habib, apakah ia mau mencium bapaknya untuk yang terakhir kali, agar setelah itu jenazahnya akan ditutup. Maka sontak jawaban si Putri itu begitu mengagetkan.
“Nggak ah, najis,” jawab si Putri.
“Ini kalo anak laki-laki saya pukul lho, tapi ini anak perempuan,” ujar Habib ketika Beliau menceritakan kisah ini di depan para jamaah.
Kemudian sebab dibalut dengan penasaran, maka Habib pun bertanya kembali kepada si Putri, “kenapa dibilang najis?”
“Yang orang mati itu kan disebutnya bangkai,” jawab si Putri.
Astaghfirullahaladziim, anak mengatakan najis dan mengatakan bangkai kepada bapaknya yang sudah mencintainya, menyayanginya, menafkahinya, dan sudah bersusah payah berjuang demi menjadikannya seorang doktor.
Naudzubillah, itulah kedurhakaan seorang anak. Ternyata si anak ini mendapatkan suami yang berbeda aliran dengan kita, yang mengajarkan anaknya untuk tidak menyentuh dengan yang bukan alirannya sebab menurutnya itu adalah sebuah najis yang sangat berat.
“Hati-hati bu’ cari jodoh buat anak, hati-hati yah. Jangan sekiranya anak silahkan bebas memilih. Tapi ingat, ibu lebih berhak, bapak lebih berhak, untuk memutuskan yang terbaik buat anak-anak kita,” tegas Habib Rifky Alaydrus.
Dari kisah pilu yang disampaikan oleh Habib dalam sebuah postingan akun Tiktok @alquran796, dapat membuat kita menyadari akan pentingnya memilihkan jodoh untuk anaknya.
Sebab jodoh akan hidup sampai akhir hayat dengan kita, maka orang tua selayaknya mendampingi anaknya untuk bersama-sama menentukan jodohnya.
Karena tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anak, selain ingin kebaikkan untuk anak-anakanya apalagi dalam perihal jodoh.***