Walaupun sama-sama mengusung bahan metal pada bagian bezel, namun G-Shock GR-B100 jelas memiliki kelas yang berbeda dengan model Gravitymaster pendahulunya.
Jadi cukup wajar jika kita melihat ada perbedaan harga yang cukup signifikan sekitar 500rb rupiah antara G-Shock GR-B100 dan GA-1000 di berbagai e-commerce.
Karena walaupun sama-sama mengusung nama Gravitymaster, namun keduanya dirilis dalam rentang waktu yang cukup berbeda jauh dengan teknologi yang tentunya juga berbeda.
Fitur mobile link dengan mengandalkan koneksi bluetooth ke smartphone jelas menjadi andalan dari G-Shock GR-B100 ini.
Setelah terhubung dengan aplikasi G-Shock connected pada smartphone kalian, G-Shock GR-B100 ini dapat mengakses GPS pada smartphone untuk menyimpan lokasi dan waktu kalian disaat itu.
Fungsi ini juga bisa dimanfaatkan bagi kalian yang menyukai dunia penerbangan untuk menyimpan lokasi-lokasi yang kalian kunjungi.
Sedangkan fungsi lain dari aplikasi ini terbilang tidak begitu banyak dan hanya merupakan perpanjangan tangan dari jam tangan tersebut.
Seperti melihat waktu dunia, menyesuaikan beberapa fitur basic seperti timer, alarm dan stopwatch.
Namun posisi G-Shock GR-B100 sebagai model Gravitymaster kelas low-end yang tercanggih rupanya tidak bertahan lama.
Beberapa tahun setelah resmi dirilis, Casio kembali memperkenalkan model Gravitymaster GR-B200 pada bulan juli tahun 2020.
Dan sejak kehadiran dari generasi terbaru dari model GR-B200, maka secara perlahan tapi pasti model GR-B100 ini mulai tenggelam dan beberapa warna mulai hilang dari peredaran.
Hal ini bisa terjadi karena gap yang terlalu besar antara model GR-B100 dan GR-B200 yang merupakan versi terakhir dari model Gravitymaster dikelas low-end.
Seri G-Shock GR-B200 sendiri sepertinya terlalu dominan berkat kehadiran teknologi terbaru yang ditancapkan oleh Casio.
Salah satunya adalah penggunaan bahan serat karbon pada bagian bezel yang merupakan jurus andalan Casio pada model-model high-end mereka.