Kemudian lanjutkan dengan mengutarakan keinginan kita untuk menikah, akan tetapi tak lupa untuk memberikan pendapat bahwa kita melakukannya untuk lebih membahagiakan ibu.
Sampaikan bahwa kita meminta ridha untuk menikah adalah untuk memenuhi kewajiban sebagai anak yang ingin berbakti dan membahagiakan orang tuanya.
Jadi, jangan memulai diskusi soal meminta restu untuk menikah dengan cara yang to the point atau blak-blakan.
Tapi ajaklah ayah dan ibu kita untuk berbicara dari hati ke hati, hingga mereka bisa memahami alasan mengapa anaknya ingin menikah.
Karena kapan hati mereka tersentuh dengan apa yang kita sampaikan, niscaya restu tersebut akan mengalir dengan sendirinya.
Langkah yang kedua adalah dengan cara bersabar.
Ustadz Adi Hidayat menerangkan bahwa menikah itu butuh kesabaran, karena dia adalah sebuah proses.
Jika baru sekali gagal, maka berikan rentang waktu sejenak untuk kemudian mencoba meminta restu lagi.
Jika sudah dua kali meminta ridha masih belum dapat juga, maka cobalah lagi untuk ketiga kalinya.
Dan biasanya ketika melihat si anak sudah demikian gigih berusaha untuk meminta restu, hati orang tua pasti akan luluh juga.
Tapi kalau pertimbangan orang tua itu sangat matang, dengan kondisi tertentu, dan alasan yang masuk akal, bukan karena sekedar cinta, melainkan ada maslahat di dalamnya, maka ikutilah petunjuk dari orang tua.
Intinya, kata Ustadz Adi Hidayat, ketika orang tua tidak langsung memberikan restu, biasanya dikarenakan hal teknis belaka, yang masih bisa dikomunikasikan secara baik-baik.
Terkecuali seperti yang tercatat dalam Qur’an Surat An-Nur ayat 26 berikut :
ٱلْخَبِيثَٰتُ لِلْخَبِيثِينَ وَٱلْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَٰتِ ۖ وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Artinya : Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).