Sudah Siap Menikah di Bulan Ramadhan tapi Orang Tua Calon Minta Mahar Mahal? Ini Cara Buya Yahya Menyikapinya

Jika perlu, setiap diskusi buatlah orang tua paham bahwa kemewahan dalam pernikahan tidaklah penting.

Selain dari anaknya, perlu juga untuk melibatkan orang lain yang dihormati atau disegani oleh orang tua.

Bisa guru dari orang tua, orang yang dikagumi, mereka yang dekat dengan orang tua, dan lain sebagainya.

“Memang terkadang pernikahan jadi wah-wahan. Sehingga mantu jadi tersiksa. Setelah itu bukan bulan madu, bulan ngutang. Ada yang kadang-kadang dipaksa jual motor, jual ini dan sebagainya. Ini orang tua yang tidak tahu diri,” imbuh Buya Yahya.

Akan tetapi, tidak semua orang tua seperti itu, karena masih ada juga yang ingin mendengarkan pendapat yang diberikan anaknya.

Semua tergantung pada bagaimana cara kita untuk membuat orang tua mengerti, tentang hakikat menikah, termasuk besarnya mahar.

“Jadilah anak cerdas. Kalau merasa ibu Anda seperti itu, Anda jangan lapor sendiri. Kirim orang yang bijak, orang shaleh, orang baik, datang kepada orang tua Anda,” tutur Buya Yahya.

Dengan demikian, orang tua akan lebih memahami makna sebenarnya dari pernikahan itu, dan bagaimana pandangan Islam tentang bermewah-mewah dalam pernikahan dan mahar.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits berikut :

ﺇِﻥَّ ﺃَﻋْﻈَﻢَ ﺍﻟﻨَّﻜَـﺎﺡِ ﺑَﺮَﻛَﺔً ﺃَﻳَْﺴَﺮُﻩُ ﻣُﺆْﻧَﺔً

“Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (HR. Ahmad)

Sebaliknya, jika mahar terlalu mahal dan akhirnya membuat calon terbebani, itu ternyata akan mengurangi berkah dari pernikahan.

Wallahu a'lam bish-shawab.***