nasional

Pakar Keuangan: Generasi Milenial Lebih Sadar Tabungan Darurat Sejak Krisis Ekonomi di 2008

Jumat, 5 September 2025 | 12:02 WIB
Ilustrasi generasi milenial yang menyadari pentingnya memiliki tabungan darurat untuk kemandirian finansial. (Freepik.com)

Manadonesia.com - Generasi milenial menghadapi tantangan finansial yang tidak ringan. Awal karier yang goyah, beban pinjaman pendidikan, serta hilangnya program pensiun tradisional membuat mereka harus lebih cermat dalam mengatur keuangan.

Namun di balik tantangan itu, para pakar menilai milenial justru menunjukkan kesadaran yang lebih tinggi soal pentingnya menabung dan menyiapkan masa depan.

Mereka dianggap lebih peka setelah belajar dari pengalaman krisis keuangan global.

Baca Juga: JP Morgan Prediksi Pasar Saham RI Bangkit di Semester II 2025, Konsumsi Domestik Jadi Motor Utama

Pakar Keuangan dari Bone Fide Wealth, Douglas Boneparth menyebut pengalaman krisis 2008 menjadi titik balik bagi banyak milenial.

“Trauma resesi besar membuat milenial sangat sadar pentingnya tabungan dan dana darurat,” kata Boneparth seperti dilaporkan Investopedia, pada Jumat, 5 September 2025.

Boneparth melihat kesadaran itu membuat generasi ini lebih siap menghadapi masa-masa sulit. Dengan fondasi tabungan darurat yang kuat, mereka bisa lebih tenang memasuki fase akumulasi kekayaan saat penghasilan meningkat.

Pandangan serupa juga datang dari Melissa Joy, perencana keuangan sekaligus analis keuangan asal Amerika Serikat (AS).

Joy menilai, milenial kini lebih bertanggung jawab terhadap uang yang mereka miliki.

“Milenial membuat pilihan yang bagus, termasuk dalam memanfaatkan program pensiun dari perusahaan,” ujarnya.

Joy menambahkan, banyak klien milenial yang setelah berhasil menyeimbangkan utang, tabungan, dan penghasilan, langsung mencari langkah baru untuk memperkuat keuangan.

“Kalau merasa ketinggalan, sekarang justru waktu yang tepat untuk mulai berinvestasi. Saat ini, Anda memasuki masa penghasilan tertinggi. Tidak ada waktu yang lebih baik selain sekarang,” jelasnya.

Survei National Association of Personal Financial Advisors (NAPFA) pada 2025 menemukan, sebagian besar milenial masih mencari saran keuangan dari keluarga, teman, atau media sosial.

Hanya 21 persen yang benar-benar memanfaatkan jasa penasihat keuangan profesional. Di sisi lain, biaya hidup yang terus naik membuat perjuangan menabung tidak mudah.

Harga sewa, rumah, dan inflasi kerap lebih cepat melambung dibanding kenaikan gaji, sehingga banyak milenial harus lebih kreatif mengatur anggaran.

Halaman:

Tags

Terkini