Petaninya sejauh ini masih menggunakan teknologi tradisional.
Yakni saguer dimasak kemudian uapnya disalurkan dan dialirkan melalui pipa bambu ke tempat penampungan.
Tetesan-tetesan inilah yang dikenal sebagai minuman Cap Tikus.
Menurut catatan sejarah, Cap Tikus diperkirakan sudah ada sejak tahun 1920 sampai 1930-an.
Dulunya, Cap Tikus dijual oleh para pedagang China di Benteng Amsterdam Manado.
Dikutip juga oleh storykawanua dari wartawan De Tijd bahwa cara warga Minahasa mengukur bagus tidaknya kadar alkohol pada Cap Tikus yakni mereka akan menumpahkan sedikit cairan Cap Tikus lalu dibakar.
Jika cairan tersebut habis terbakar, maka pertanda bahwa kualitasnya bagus.
Itulah kenapa ada istilah Cap Tikus Bakar Manyala, artinya Cap Tikus Dibakar Menyala.
Lanjut menurut storykawanua, Cap Tikus baik untuk kesehatan yakni salah satunya dapat menghangatkan tubuh asalkan diminum dalam jumlah yang normal.
Sama halnya dengan petani dari Minahasa.
Sebelum mereka memulai pekerjaan, mereka akan meminum satu seloki Cap Tikus.
Gunanya untuk menghangatkan tubuh serta mendorong semangat untuk bekerja.
“For orang yang suka ini minuman, minum jo kasiang sekedarnya jangan sampe mabo so nintau dunia neh,” tutupnya.
Itulah sejarah Cap Tikus sebagai minuman yang berasal dari Sulawesi Utara.***