"Beberapa masalah merugikan Tupperware, termasuk penurunan tajam dalam jumlah penjual, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda," ucap Neil Saunders, analist ritel dan Direktur Pelaksana di GlobalData.
Menurut Sunder, Tupperware telah bekerja keras untuk meningkatkan omset penjualan, namun kenyataannya sekarang Tupperware berada di 'posisi genting'.
Keadaan ini semakin diperparah karena Tupperware tidak memiliki aset yang besar, sehingga kendala pendanaan menjadi pokok masalah besar saat ini.
"Perusahaan ini dulunya merupakan sarang inovasi dengan gadget dapur pemecah masalah, tetapi sekarang benar-benar kehilangan keunggulannya," tegasnya.
Baca Juga: Terancam Punah! Jepang Diperkirakan Akan Kehilangan Separuh Penduduknya Karena Resesi Seks
Akibatnya, dalam kurun waktu satu tahun terakhir Tupperware mengalami penurunan saham hingga 90% dan Senin (10/4/23) dikabarkan saham ini anjlok hingga 50%.
Jadi, sudah siapkah kita melihat produsen peralatan rumah tangga, Tupperware, bangkrut dan gulung tikar? ***