Manadonesia.com - Industri teknologi sedang mengalami perubahan besar akibat perkembangan kecerdasan buatan (AI).
Kondisi ini membuat sejumlah CEO perusahaan teknologi ternama menyarankan generasi muda untuk meninjau kembali tujuan pendidikan, bahkan mempertimbangkan terkait gelar kuliah masih relevan untuk meraih impian kariernya di masa depan.
CEO Palantir, Alex Karp secara terbuka menyatakan latar belakang pendidikan bukan hal utama saat merekrut karyawan.
“Kalau Anda bekerja di Palantir, karier Anda sudah terjamin. Tidak peduli apakah Anda tidak sekolah, sekolah biasa, atau lulusan Harvard dan Princeton," kata Scarp sebagaimana dilansir dari Investopedia pada Selasa, 2 September 2025.
Pernyataan senada juga datang dari CEO Apple, Tim Cook. Sejak 2019, ia menegaskan bahwa gelar sarjana bukan syarat wajib untuk bekerja di Apple.
“Kesenjangan antara keterampilan yang dihasilkan kampus dan keterampilan yang dibutuhkan industri di masa depan,” tutur Tim Cook dilansir dari laporan yang sama.
Bahkan, Tim Cook menyebut setengah karyawan Apple di AS pada tahun tersebut tidak memiliki gelar sarjana.
Dalam wawancara terbaru tahun 2023, CEO Apple itu menambahkan, kualifikasi seperti kemampuan bekerja sama dan keterampilan teknis seperti coding justru bisa lebih berharga daripada gelar kuliah.
“Gelar tidak selalu dibutuhkan untuk bisa bekerja di Apple,” tegasnya.
Menilik dari sisi yang lain, CEO Nvidia, Jensen Huang berbagi pandangan berbeda.
Ia mengatakan, jika bisa kembali ke usia kuliah, maka dirinya sebagai anak muda mungkin akan memilih jurusan lain.
“Saya mungkin akan memilih lebih banyak ilmu fisika atau kimia, ketimbang teknik elektro seperti yang saya ambil dulu,” ungkap Jensen Huang dalam laporan Investopedia.
Pada akhirnya, dengan perkembangan AI yang terus mengubah kebutuhan industri, para pemimpin teknologi menilai fleksibilitas dan keterampilan praktis akan semakin menentukan.
Pandangan beragam dari para CEO besar ini membuka ruang diskusi baru tentang masa depan pendidikan. Apakah gelar kuliah akan tetap relevan, atau justru pengalaman dan keterampilan justru akan menjadi penentu utama karier di era digital?***