Meninggalkan Jejak Bulan Suci Ramadhan, Begini Tuntunannya! Simak Agar Tidak Menyesal

photo author
- Senin, 3 April 2023 | 01:47 WIB
Tuntunan meninggalkan jejak bulan Ramadhan (pixabay/ahmedsaborty)
Tuntunan meninggalkan jejak bulan Ramadhan (pixabay/ahmedsaborty)

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosa kecilmu) dan Kami memasukkanmu ke tempat yang mulia (Surga)” QS. An-Nisaa’: 31.

Dosa besar adalah sesuatu yang mengandung hukuman tertentu di dunia atau ancaman keras di akhirat; seperti zina, mencuri, minum arak, melakukan praktek riba, durhaka terhadap orang tua, memutuskan tali keluarga dan memakan harta anak yatim secara zhalim dan semena-mena.

Untuk menghapus dosa besar, menurut jumhur ulama harus disertai dengan taubat nashuha yaitu taubat yang semurni-murninya dengan catatan tidak akan mengulangi dosa tersebut.

Ketahuilah saudaraku, bahwasanya puasa di bulan Ramadhan, melaksanakan shalat di malam harinya dan pada malam Lailatul Qadar, bersedekah, membaca Al-Qur’an, banyak berdzikir dan berdo’a serta mohon ampunan dalam bulan mulia ini merupakan sebab diberikannya ampunan, jika tidak ada sesuatu yang menjadi penghalang, seperti meninggalkan kewajiban ataupun melanggar sesuatu yang diharamkan.

Apabila seorang muslim melakukan berbagai faktor yang membuatnya mendapat ampunan dan tiada sesuatu pun yang menjadi penghalang baginya, maka optimislah untuk mendapatkan ampunan. Allah Ta ‘ala berfirman:

وَإِنِّيْ لَغَفَّارٌ لِّمَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدٰى

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih, kemudian tetap dijalan yang benar” QS. Thaha: 82.

Rasa optimis ini harus dibarengi dengan melakukan segala hal yang menjadi sebab mendapatkan ampunan hingga kita mati.

Yaitu dengan cara mengimani yang benar, mengerjakan amal shalih semata-mata karena Allah SWT, berdsarkan yang telah dituntunkan oleh Nabi SAW. Allah Ta’ala berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu apa yang diyakini (ajal)” QS Al-Hijr: 99.

Di sini, Allah SWT tidak memberikan batasan seorang muslim dalam mengerjakan amalan shaleh selain kematian yang menjemput.

Jika ampunan dan pembebasan dari api neraka itu tergantung kepada puasa Ramadhan dan shalat malam, maka saat hari raya kita tidak diperintahkan untuk bertakbir dan bersyukur kepadanya.

Namun, perintah bertakbir dan bersyukur pada saat hari raya menandakan kita dianjurkan melanjutkan segala aktivitas ibadah yang telah kita kerjakan di bulan ramadhan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fahri Rezandi Ibrahim

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X