“Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan dari apa yang diniatkannya. Maka, barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang akan dicapainya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan niat hijrahnya.” (Muttafaq ‘Alaihi).
Wahai para hamba Allah!
Sesungguhnya ikhlas adalah amalan hati yang penting dan termasuk dalam definisi iman.
Amalan hati mempunyai kedudukan yang agung, bahkan perbuatan hati lebih penting dan didahulukan daripada amalan panca indra.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berbicara tentang amalan hati,
“Amalan hati merupakan pondasi iman dan kaidah pokok agama, seperti mencintai Allah dan Rasul-Nya, bertawakal kepada-Nya, ikhlas dalam menjalankan perintah agama karena Allah, bersyukur kepada Allah, bersabar atas hukum yang ditetapkan-Nya, takut dan berharap kepada-Nya.
Sikap dan perbuatan ini wajib dilakukan oleh setiap hamba berdasarkan kesepakatan para ulama.”
Mengingat penting dan agungnya perbuatan tersebut, sebagian ulama mengatakan,
Namun, sayangnya kebanyakan dari mereka menyia-nyiakan perkara ini.”
Sehingga, banyak orang yang meremehkan ilmu ini yang mana dengannya Allah memberi manfaat bagi semua negeri dan bagi para hamba-Nya.
Jika orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya tidak dengan niat yang ikhlas karena Allah Ta’ala, sesungguhnya orang itu mendapat ancaman dari Allah pada hari kiamat nanti.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ -يَعْنِي رِيحَهَا
“Barangsiapa menuntut ilmu tidak berharap kepada Allah Ta`ala melainkan berharap untuk mendapatkan dunia saja, maka ia tidak akan mencium aroma surga pada Hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud).