Hal itu menurutnya berbeda jika dibandingkan dengan penegakkan hukum di Indonesia saat ini.
Seperti seorang nenek yang mencuri tiga buah kakao, kemudian dihukum satu bulan 15 hari kurungan.
“Aku melihat dari situ. Ketika itu juga aku merasa hidup gini-gini aja padahal secara ekonomi (keluargaku) baik, secara akademik baik, tapi hidup gitu-gitu aja,” ucap Nur Dhania.
Pada awal 2014, ketika ia sedang semangat belajar agama melalui media sosial, dunia digemparkan dengan kemunculan ISIS yang akan menegakkan khilafah.
Awalnya, ia mendapatkan informasi tentang kemunculan ISIS dari saudaranya.
Ia penasaran, dan ditindaklanjuti dengan mencari informasi mengenai ISIS di media sosial.
“Aku cari tahu sendiri. Cari tahu di media sosial; Facebook, Twitter. Dari situ aku mendapatkan kontak orang yang pernah ke sana (ke Suriah),” ucapnya.
Setelah mendapatkan informasi yang cukup, ia semakin penasaran keberadaan ISIS yang akan menegakkan kekhilafahan tersebut.
Baca Juga: Pintu Syurga Ar-Rayyan Menanti Orang yang Gemar Berpuasa, Berikut Penjelasan Ulama
“Aku lihat kayak kehidupan zaman Nabi; keadilan, fasilitas, kesejahteraan apalagi diperkuat dengan dalil-dalil dari Al-Quran dan hadits,” ucapnya lagi.
Semangatnya untuk mengetahui ISIS semakin menggebu-gebu.
Apalagi, ia mendapatkan informasi bahwa ada remaja dari Inggris yang hijrah secara sendirian ke Suriah.
Ia mengaku terinspirasi atas remaja Inggris tersebut.
Keluarganya yang ketika itu diajak bicara tentang keberadaan ISIS tidak memedulikannya.