Selama ini, ngabuburit sering diartikan dengan suatu aktivitas dalam rangka menunggu waktunya untuk berbuka puasa, atau masuknya maghrib.
Sebetulnya, ada sebuah prinsip dalam menjalankan ibadah puasa ini, di mana kita harus bisa menjaga diri dari nafsu syahwat.
Ini dikarenakan menjaga syahwat atau nafsu itu merupakan dasar pokok dari rahasia puasa, dan menjadi tujuan utama.
Itu sebabnya, kata Syamsul Ma’arif, jangan sampai puasa atau pahala kita di bulan Ramadhan rusak atau hilang, akibat aktivitas yang dilakukan.
“Mungkin puasanya sih tidak batal, tetapi bisa menggugurkan pahala puasa dan mengurangi nilai puasa itu sendiri,” ucap Syamsul Ma’arif.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabrani)
Kendati demikian, boleh-boleh saja jika ingin melakukan ngabuburit untuk menunggu datangnya waktu berbuka puasa.
“Tapi jangan sampai ngabuburit itu dengan meninggalkan sesuatu yang disunnahkan. Betul-betul kita menjaga diri kita dari syahwat, nafsu birahi, nafsu yang bisa menimbulkan dorongan kepada lawan jenis,” tegas Syamsul Ma’arif.
So, masih punya keinginan buat ngabuburit sama pacar?
Lebih milih kehilangan pahala puasa atau menjauhi maksiat biar dosa nggak nambah nih?
Memang sih budaya pacaran itu udah mendarah daging, tapi nggak ada salahnya, kan, kita menjauh dulu dari hal-hal yang lebih banyak mudharatnya, supaya pahala puasa tetap terjaga?
Ingat, lho!
Jangan sampai demi orang dengan predikat “pacar”, justru puasa kita di bulan Ramadhan menjadi sia-sia belaka.