Menurut Ustadz Adi Hidayat, yang dimaksud dengan memperpanjang cahaya disini, ditanggapi berbeda oleh beberapa ulama.
Ada yang mengartikannya secara kontestual, yakni mengartikan bahwa air wudhu itulah yang akan memperpanjang cahaya, sehingga tidak perlu untuk diusap atau dikeringkan.
Kemudian ada lagi yang memahaminya dengan cara melebihkan sedikit wudhu, supaya cahayanya memanjang.
Contohnya, kata Ustadz Adi Hidayat, saat membasuh tangan waktu berwudhu, dipanjangkan sedikit arah usaoan air wudhu-nya , agar cahaya pada tubuh juga ikut memanjang.
Pendapat yang ketiga menyebutkan bahwa cahaya dari hasil wudhu itu, justru tidak melekat pada benda perantara, seperti air dan semacamnya.
Namun makna sebenarnya dari kalimat itu adalah dampak atau fungsi dari wudhu itu sendiri.
Sebagaimana yang disampaikan dalam Qur’an Surat Al-Ma’idah ayat 6 berikut :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغْسِلُوا۟ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى ٱلْمَرَافِقِ وَٱمْسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى ٱلْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَٱطَّهَّرُوا۟ ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ ٱلْغَآئِطِ أَوْ لَٰمَسْتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا۟ مَآءً فَتَيَمَّمُوا۟ صَعِيدًا طَيِّبًا فَٱمْسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
Dari ayat ini, maka makna sebenarnya dari berwudhu itu adalah untuk thaharah.
Menurut Ustadz Adi Hidayat, ada dua jenis cara membersihkan diri, yakni thaharah dan nadhafah.
Di mana thaharah memiliki makna membersihkan luar dan dalam, sedangkan nadhafah sendiri memiliki arti pembersihan di bagian luar atau fisik saja.
Rumusnya di hadits riwayat Muslim, kata Ustadz Adi Hidayat, ketika seseorang berwudhu, bersamaan dengan jatuhnya air wudhu, maka jatuh juga kotoran-kotoran dosanya.
Kotoran fisik jatuh, dosanya pun akan ikut hilang.
Artikel Terkait
Ustadz Abdul Somad: Jangan Sedih Impianmu Tak Kau Dapat di Dunia, Karena Allah Sudah Janjikan ini
Amalan di Bulan Rajab Yang Biasa Dilakukan Nabi, ini Kata Buya Yahya
Jangan Berani Tidur Jika Belum Membaca Doa ini, Simak Pejelasan Syeikh Ali Jaber
Ramadhan 2023 1444 H Semakin Dekat, Ustadz Abdul Somad Ungkap Orang Berpuasa Memiliki Dua Kebahagiaan
Wajib Tahu! Mimpi Basah Saat Sedang Puasa Di Bulan Ramadhan, Apakah Batal? Ini Kata Ustadz Abdul Somad
Buya Yahya: Bulan Puasa Ramadhan 1444 H Tahun 2023 Sebentar Lagi, Amalkan ini Sebagai Penghapus Dosa
Inilah 10 Amalan Yang Wajib Ditingkatkan Pada Ramadhan 2023 Mendatang, Sangat Dianjurkan oleh Rasulullah
Syekh Ali Jaber: Panasnya Api Neraka Tak Bisa Sentuh Badanmu, Cukup Dengan Amalan ini, Sangat Mudah!
Kerjakan Amalan Ini Pada Bulan Puasa Ramadhan 1444 H Tahun 2023, Nilai Pahalanya Seperti Haji, Kata Buya Yahya
Buka Puasa Mewah Tapi Murah, Ini Menu Buka Puasa Ramadhan Tahun 2023, 1444 H Yang Bisa Dibuat di Rumah