Manusia vs Teknologi, Wamen Dikti Stella Christie Imbau Masyarakat Pandai Manfaatkan AI Agar 'Tidak Kalah Telak'

photo author
- Jumat, 10 Januari 2025 | 18:57 WIB
Wamen Dikti Stella Christie (kanan) saat bersama CEO NVIDIA, Jensen Huang. (Instagram.com/@prof.stellachristie)
Wamen Dikti Stella Christie (kanan) saat bersama CEO NVIDIA, Jensen Huang. (Instagram.com/@prof.stellachristie)

Manadonesia.com - Belakangan mulai muncul 'ketakutan' di tengah masyarakat, terkait teknologi yang akan mengalahkan sumber daya manusia (SDM).

Bahkan, sebagian masyarakat juga khawatir dirinya akan dikendalikan oleh teknologi di masa mendatang.

Pada dunia pekerjaan, kekhawatiran masyarakat itu mulai terbukti dengan kemunculan berbagai teknologi yang dipakai untuk menggantikan tugas manusia.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi (Wamen Dikti) Sains dan Teknologi, Stella Christie menyoroti hal ini dalam siniar YouTube Kick Andy yang tayang pada Senin, 5 Januari 2025 lalu.

Stella melihat fenomena teknologi yang kian berkembang pesat di masa kini sebagai hal benar adanya, seraya membenarkan manusia telah kalah oleh teknologi.

Lantas, apa saja hal yang disoroti Wamen Dikti itu terkait kekhawatiran masyarakat dalam dunia teknologi masa kini yang berkembang pesat? Berikut ini ulasan selengkapnya.

AI Jauh Lebih 'Ingat' daripada Manusia

Dalam kesempatan yang sama, Stella memberi contoh tentang keberadaan artificial intelligence (AI) dalam bidang teknologi.

"Sebenarnya, melihat keadaan sekarang dalam beberapa bidang kita (manusia) sudah kalah (dengan teknologi)," tuturnya.

Wamen Dikti RI itu menyebut salah satunya tentang AI yang memiliki kemampuan lebih ketimbang manusia dalam hal memori atau ingatan.

"Misalnya, kalau kita lihat tentang memori atau ingatan tentu saja AI dan teknologi jauh lebih ingat daripada manusia yang sering lupa," tuturnya.

Tabungan Pengetahuan Manusia Terbatas

Stella menjelaskan manusia memiliki kemampuan terbatas dalam mengumpulkan pengetahuannya dalam berbagai bidang kehidupan.

Sementara teknologi yang kini telah berkembang pesat, mampu 'menabung' pengetahuan manusia itu untuk memudahkan mereka melihat kembali hal-hal yang sebelumnya telah terjadi.

"Kita lihat 'tabungan' pengetahuan atau repository knowledge," ujar Stella.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Fahri Rezandi Ibrahim

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X