Ia menyadari bahwa bahaya seperti longsor susulan atau medan yang licin bisa saja mengancam keselamatannya di tengah jalan.
"Doakan semoga perjalanan kami aman-aman, tidak ada bahaya," pungkasnya.
Kisah ini menjadi pengingat nyata betapa sulitnya distribusi bantuan di wilayah terpencil pascabencana, di mana satu paket sembako harus dibayar dengan keringat dan perjalanan kaki selama berjam-jam.***
Artikel Terkait
Soroti Harga Cabe yang Anjlok, Influencer Amien Ashal Ajak Warga Ringankan Perjuangan Para Pedagang di Aceh Tengah
Jembatan Terputus Akibat Banjir Bandang, Warga Desa di Bireuen Aceh Seberangi Sungai dengan Peralatan Seadanya
Sempat Desak Komdigi, Perwira Polisi Manang Soebeti Kini Kerahkan 'Pasukan Bayangan' demi Tutup Aplikasi Matel
Akses Bonan Dolok Tapteng Masih Sulit Ditembus, Warga Saling Bantu untuk Ambil Bantuan Logistik
Sekolah Hancur Diterjang Banjir, Anak-Anak Pengungsi di Aceh Tengah Belajar Secara Bergantian
Tak Minta Uang dan Mainan, Bocah Pengungsi Banjir Sumatera Ini Ingin Sajadah untuk sang Ibu
Suara Hati Anak-Anak Korban Banjir Aceh: Minta Presiden Prabowo Kirim Alat Berat dan Sepatu Boot
Tuding Ada Mafia Kayu di Sisa Banjir Aceh Tamiang, Warga: Jangan yang Pakai Nomor Saja yang Diangkat!
Perjuangan Warga Pidie Jaya Bersihkan Lumpur Separuh Rumah, Bingung Harus Kemana Lagi Membuang Sisa Endapan
Detik-detik Banjir Bandang Terjang Guci Tegal, Pancuran 5 dan 13 Dilaporkan Rusak Parah