Dari sisi yang lain, giliran Mercy Barends yang juga ikut angkat bicara menanggapi penjelasan Fadli Zon.
Sembari menyeka air mata yang mulai mengalir, Mercy mengenang berbagai kasus kekerasan yang pernah ia tangani bersama Komnas HAM, termasuk pada masa penjajahan Jepang.
"Begitu banyak perempuan Indonesia menjadi korban pemerkosaan dan dijadikan budak kekerasan perang," terang Mercy.
"Saat itu, pemerintah Jepang bahkan mengakui dan bertanggung jawab. Mengapa kita, bangsa sendiri, justru begitu sulit mengakui kenyataan ini?" imbuhnya dengan nada getir.
Mercy mengaku mengalami tekanan psikis luar biasa ketika menangani kasus-kasus tersebut, seraya menilai satu kasus kekerasan sudah sangat menyakitkan, apalagi jika jumlahnya lebih dari satu.
"Tiga hari kami tidak tidur, tidak bisa makan. Terlalu kejam. Kalau Bapak baca dokumennya, Bapak akan paham betapa keji perlakuan itu," terangnya.
Menanggapi tangisan dan pernyataan dari My Esti dan Mercy, Fadli Zon tampak meminta maaf perihal pernyataannya yang terkesan tidak peka terhadap korban.
Menbud RI itu memastikan, dirinya berdiri dalam posisi yang sama dalam mengecam kekerasan terhadap perempuan.
"Saya minta maaf kalau pernyataan saya dianggap insensitif. Tapi saya ingin tegaskan, saya mengutuk dan mengecam seluruh bentuk kekerasan terhadap perempuan," tukas Fadli Zon.***