MANADONESIA.COM - Dalam sistem demokrasi, jurnalis sejatinya memiliki pilihan politik.
Namun setidaknya ada dua prinsip yang harus tetap dijaga oleh seorang jurnalis, yakni netralitas dan independen.
Terkait hal itu, CEO ProMedia Teknologi Indonesia, Agus Sulistriyono mengatakan secara prinsip wartawan atau jurnalis tidak dilarang memiliki pilihan politik.
Baca Juga: Astaga! Nonton Bareng Piala Dunia 2022 Qatar Bisa Dipenjara, Kok Bisa? Simak Penjelasannya
Namun, menurutnya, pekerjaan sebagai jurnalis tetap harus menjaga prinsip netralitas dan independen. Lalu, bagaimana seorang jurnalis tetap menjaga kedua prinsip tersebut?
"Wartawan itu tidak dilarang punya pilihan politik, tidak, tetapi tidak boleh dilihat-lihatin," kata Agus Sulistriyono dalam diskusi media bertajuk 'Penguatan Sumber Daya Penyelenggara Pemilu dalam Pelaksanaan Demokrasi 2024' di media center KPU RI, Jakarta Pusat, Jumat, 18 November 2022.
Sulis, sapaan akrab Agus Sulistriyono, menceritakan pengalamannya saat menjadi pemimpin redaksi di sejumlah media jaringan Kompas Gramedia (KG) beberapa tahun lalu.
Ketika itu ia bahkan meminta jurnalis untuk berhati-hati dalam memposting di media sosial demi menjaga prinsip netralitas dan independen tersebut.
Pilihan politik seorang jurnalis seharusnya disembunyikan atau tidak diketahui orang karena tugas sebagai wartawan terikat kepada kode etik.
"Jangan sampai kelihatan pilihannya, sebenarnya (seorang jurnalis) pasti sudah punya pilihan (politik), tapi sebaiknya diam saja," terangnya.
Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat: Lakukan Beberapa Hal ini Agar Sholat Kita Menjadi Khusyuk dan Sempurna!
Sulis juga mengingatkan bahwa profesi sebagai jurnalis harus memiliki basic integritas karena faktor ini sangat menentukan dalam bersikap independen dan netralitas.
"Basicnya memang harus integritas wartawan itu sendiri. Kalau wartawan itu niatnya gak baik, itu fakta A bisa jadi B. Jadi ini yang paling penting dari segalanya, niat wartawan itu sendiri," kata dia.
Dalam kesempatan itu Sulis juga menjelaskan bagaimana perkembangan industri media ke depan yang cenderung berkoloni atau berkelompok.