Kejadian tersebut lantas menambah jumlah atau terjadi peningkatan insiden serupa di lokasi pembangunan Masjid di Daegu, Korea Selatan.
Yang pertama pada 27 Oktober, disusul 14 November, dan insiden ketiga pada 6 Desember ketika kepala babi diletakkan di atas kursi di depan Masjid, Daegu.
Awal cerita pembangunan Masjid di daerah Daegu, Korea Selatan, adalah pada tahun 2014, mahasiswa Muslim berkumpul di Daegu untuk sholat di rumah dua lantai.
Rumah dua lantai tersebut awalnya berfungsi sebagai pusat budaya dan agama, kemudian juga difungsikan sebagai tempat ibadah sholat.
Menjelang akhir tahun 2020, mereka memperoleh persetujuan administratif untuk mengubah pusat ini menjadi Masjid yang sebenarnya.
Namun sejak saat itu, mereka mendapat tentangan dari warga sekitar yang kerap memprotes, dan lakukan pemblokiran pembangunan.
Padahal awalnya, hubungan mahasiswa muslim dengan para tetangga terbilang cukup baik, sampai sebelum pembangunan Masjid dimulai pada 2021.
Dalam beberapa bulan terakhir, masyarakat yang menentang pembangunan Masjid mulai memutar musik keras saat waktu sholat.
Bahkan, sampai dengan meletakkan kepala babi tepat di depan Masjid, Daegu.
Beberapa media atau pers di Korea berbicara dengan sejumlah warga setempat yang menolak tuduhan Islamfobia.
Warga Daegu menjawab, bahwa mereka hanya tidak ingin melihat bangunan keagamaan (Masjid) di jantung lingkungan mereka.
Hal tersebut dikatakan, dapat mengancam privasi mereka karena lalu lintas dan kebisingan yang dihasilkan.
Namun anehnya dan sangat disayangkan oleh para mahasiswa muslim, mengapa warga Daegu hanya memprotes pembangunan masjid saja.