MANADONESIA.COM - Dalam beberapa hari terakhir ini, ulasan tentang hari valentine atau hari kasih sayang tercatat mewarnai hampir semua lini media.
Beragam perspektif yang melandasi kajian hingga kecaman pun silih berganti.
Bagi mereka yang pro hari valentine berargumen sah-sah saja, karena hal itu dinilai hanya penanda momen, seperti halnya hari Ibu, hari HIV/Aids dan peringatan lainnya.
Sebaliknya, bagi yang kontra beranggapan momen tersebut tidak memiliki dasar yang kuat untuk dijadikan sebuah perayaan.
Menurut MUI di Jakarta dalam kurun 2-3 hari menjelang hari valentine terjadi lonjakan pembelian alat kontrasepsi yang signifikan.
Mirisnya, momen ini mayoritas dirayakan oleh generasi muda, termasuk remaja, pelajar dan mahasiswa.
Selain alat kontrasepsi, lonjakan juga terjadi terhadap tingkat pembelian cokelat.
Cokelat sejak lama diidentikkan sebagai salah satu simbol penanda hari Valentine.
Baca Juga: Inilah Keutamaannya Bulan Syaban Yang Diagung-agungkan, Simak Penjelasannya
Ada fakta menarik di balik Cokelat dan hari Valentine ini. Pada kisaran 2004, sebuah situs berita Amerika mengangkat berita utama, "the dark side of valentine day between chocolate industry and child slavery".
Pada intinya, di balik melonjaknya permintaan cokelat saat hari Valentine ada cerita tragis perbudakan anak-anak di Afrika Barat, di Pantai Gading.
Karena 42 persen pasokan kokoa sebagai bahan baku cokelat dunia berasal dari sana.
Ironisnya terdapat hampir 300.000 anak-anak yang dipekerjakan dengan kondisi dan upah yang jauh dari standar.
Artikel Terkait
Masya Allah! Badan Wakaf Al-Quran Distribusikan Puluhan Ribu Quran ke Provinsi Sulawesi Utara.
Inilah Bacaan Istighfar yang Dibaca Setelah Sholat Fardhu
Ternyata Gara-Gara ini Amalan Sholat Kita bisa Hilang? Ustadz Abdul Somad Memberikan Penjelasan
Tentang Laki-laki yang Baik untuk Perempuan yang Baik, Berikut Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Merayakan Valentine Day Secara Islami, Boleh Kok! Simak Penjelasannya