MANADONESIA.COM - Gus Baha menjelaskan bahwa seseorang yang bergelut dengan ilmu pengetahuan dan banyak membaca maka tidak akan kaget dengan perbedaan.
Pria yang akrab disapa Gus Baha ini lalu menceritakan perbedaan di tengah masyarakat terkait penambahan kata Ta’ala setelah lafadz Allah saat mengucapkan salam.
Sebagian orang menolak adanya tambahan kata Ta’ala, penolakan tersebut ditampilkan di depan umum.
Hal ini disampaikan Gus Baha dalam Semarak Pembukaan Safir Tablig Akbar Milad ke-80 Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Senin 13 Maret 2023.
Baca Juga: Gus Baha: Jangan Ucapkan Hal Ini ke Orang yang Tidak Sholat Tarawih Karena Sibuk Kerja
“Kita lihat perbedaan itu biasa saja. Mungkin karena bacaannya banyak. Kalau orang yang tidak siap dengan perbedaan ketika ada tambahan kata Ta’ala setelah lafadz Allah saja dipermasalahkan.
Tidak terima kalau Allah disifati sebagai Ta’ala. Padahal Ta’ala, itu makna Yang Maha Luhur, Maha Agung,” jelasnya.
Gus Baha lalu menambahkan, suatu hari dalam sebuah acara ada dua mubaligh. Kiai yang pidato bagian pertama membuka pidato menggunakan redaksi, Assalamu’alaikum warahmatullahi ta’ala wabarakatuh.
Baca Juga: Mustahil Kiamat Terjadi Jika 3 Hewan ini Belum Punah dari Muka Bumi Kata Gus Baha, Apa Saja?
Tidak sepakat dengan kiai yang pertama, mubaligh kedua yang maju menggunakan redaksi salam yang berbeda, dengan tanpa kata Ta’ala, Assalamu’alaikum warahmatullahi tanpa ta’ala wabarakatuh.
Masalah penambahan kata Ta’ala saat salam bukan hal baru, dalam Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah, No.25683 disebutkan bahwa ada seorang pria menambahkan kata Ta’ala saat mengucapkan salam ke Salman Alfarisi.
Hal serupa juga pernah terjadi pada cerita sahabat Abdullah bin Umar.
“Satu peristiwa, mubaligh kedua tidak terima ada kata Ta’ala karena dianggap bid’ah. Maka dia menggunakan redaksi salam Allah tanpa Ta’ala,” ujar Gus Baha.
Baca Juga: Gus Baha: Depresi Sampai Ingin Bunuh Diri? Begini Solusi Menghadapi Masalah Hidup Yang Berat!
Menurut Gus Baha, perbedaan adalah hak bisa, bagi seseorang yang menekuni fiqih itu tahu bahwa yang tidak qunut itu mazhab Hanafi dan yang qunut ikut mazhab Syafi’i.
Sekarang berubah, tahu-tahu dikatakan Imam Syafi’i itu Nahdlatul Ulama dan Imam Hanafi itu Muhammadiyah. Padahal kedua tokoh ini lahir jauh sebelum dua organisasi tersebut lahir.
Artikel Terkait
Gus Baha, Yaya Toure dan Para Kiai yang Menggandrungi Sepak Bola
Sholat Dhuha Itu Cukup Sebulan Sekali! Jangan Tiap Hari, Penjelasan Gus Baha Soal Etika dalam Beribadah
Gus Baha Angkat Bicara Tentang Khilafah Yang Perlu Direnungkan, Berikut Penjelasannya
Gus Baha dan Problem Dikotomi Ilmu: Ilmu Umum dan Ilmu Agama Itu Tidak Ada Bedanya!
Pesan Mbah Moen, Pegawai Negeri dan Jalan Dakwah dalam Pandangan Gus Baha
Cara Menghadapi Orang yang Bikin Emosi dan Menjengkelkan, Begini Tips Dari Gus Baha
Baik Mana, Negara Kafir Bebas Korupsi atau Negara Islam Korupsi? Ini Pendapat Gus Baha
Gus Baha: Depresi Sampai Ingin Bunuh Diri? Begini Solusi Menghadapi Masalah Hidup Yang Berat!
Mustahil Kiamat Terjadi Jika 3 Hewan ini Belum Punah dari Muka Bumi Kata Gus Baha, Apa Saja?
Gus Baha: Jangan Ucapkan Hal Ini ke Orang yang Tidak Sholat Tarawih Karena Sibuk Kerja