Bahkan, tantangan yang dihadapi kini bukan hanya dalam bidang politik dan ekonomi, tetapi juga dalam bidang ideologi dan filsafat materialistis, yang tidak jarang bertentangan dengan ajaran Islam.
Kesadaran tentang adanya tantangan telah lama muncul. Aneka resep dan langkah perubahan pun telah diupayakan.
Ada yang mengambil sikap apatis atau acuh tak acuh terhadap kemajuan itu, yang boleh jadi karena mereka tidak menyadari dampak buruknya terhadap umat pada satu pihak, namun kadang karena terbuai oleh kejayaan masa lampau pada pihak lain.
Mereka inilah yang menghasilkan apa yang kemudian dinamai Adab al-fakhr wa at-Tamjid, yakni menunjuk zaman keemasan yang telah berlalu dan berbangga dengannya.
Dampak buruk dari sikap ini adalah sering kali bila ada penemuan ilmiah dari pihak lain, kita berucap: Itu sudah ada dalam al-Quran.
Ada juga yang berusaha menghadapi cobaan (rintangan) itu dengan pemurnian agama, seperti antara lain yang dilakukan oleh gerakan Wahabiyah di Saudi Arabia, as-Sanusiyah di Libia, dan Jamaah Islamiyah di Pakistan. Mereka beranggapan bahwa masa Rasulullah SAW., adalah masa terbaik berdasarkan hadis Rasulullah SAW. ("Sebaik-baik generasi adalah generasiku").
Apa saja diterima dari Rasul SAW., tanpa mempertimbangkan faktor budaya dan perkembangan positif masyarakat. Mereka lupa, atau mungkin tidak mau tahu, bahwa Rasul SAW., juga pernah bersabda: Umatku seperti hujan, tidak diketahui apakah awalnya, tengahnya, atau akhirnya yang terbaik.
Dengan logika masa Rasul SAW., dan sahabat-sahabat beliau, sebagai sebaik-baiknya generasi , maka mereka dengan gigih menolak segala sesuatu yang datang sesudah masa itu, baik yang bersumber dari dalam masyarakat mereka sendiri, lebih-lebih yang datang dari luar masyarakat dan bangsa lain.
Di sini, sekali lagi, mereka lupa nasihat Nabi Muhammad SAW., bahwa: Al-Hikmah (yakni amal ilmiah dan ilmu amaliah adalah) milik dan dambaan seorang Muslim, di mana pun ia ditemukan maka sang Muslim itulah yang wajar mengambilnya.
Ada lagi sekelompok kaum Muslim yang menilai bahwa tantangan itu harus dihadapi dengan belajar dari Barat dan mengambil segala sesuatu dari sana.
Tetapi, mereka sering kali lupa pada akar budaya mereka sendiri serta ajaran agama Islam.
Ini, misalnya, ditempuh oleh Ahmad Khan di India atau Kemal at-Taturk di Turki.
Ada juga sekelompok kecil yang berusaha mempelajari aneka kemajuan yang dicapai masyarakat Barat dan menerapkannya tanpa meninggalkan kepribadian dan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Ketiga pandangan di atas hingga kini masih memiliki pendukung-pendukungnya masing-masing.
Demikianlah, kita mengetahui bahwa saat kita sakit, tetapi obat yang kita gunakan belum tepat.
Artikel Terkait
Materi Ceramah dan Kultum Singkat Ramadhan 2023 Tentang Sujud yang Membuat Sholat Tidak Sah!
Amalan Utama di Bulan Ramadhan, Jadi Judul Materi Ceramah Singkat Ramadhan 2023, Simaklah!
Teks Ceramah Singkat Ramadhan 2023: 3 Obat Untuk Penyakit Hati
Ceramah Singkat Ramadhan 2023: Keutamaan Sholat Sebagai Solusi Segala Permasalahan
Ceramah dan Kultum Singkat Dengan Judul Tarawih yang Ideal di Bulan Ramadhan 2023
Ceramah Singkat Ramadhan 2023: 8 Keutamaan Puasa yang Luar Biasa, Subhanallah!
Ceramah Ramadhan 2023 Tentang Hakikat dan Keutamaan Sabar Dalam Menunaikan Ibadah Puasa
Ceramah Ramadhan 2023: Amal Unggulan di Bulan Puasa, Bisa Dibawakan Sesudah Sholat Isya atau Sebelum Tarawih
Ceramah Singkat Jelang Buka Puasa, Judul: Agar Allah Mencukupi
Materi Ceramah Subuh Ramadhan 2023, Judul: Ahli Dzikir dan Syukur