Kembali Kepada Al-Quran dan Sunnah, Tema Kuliah Subuh Ramadhan 2023 Kali ini, Mari Disimak!

photo author
- Sabtu, 25 Maret 2023 | 21:02 WIB
Kuliah subuh Ramadhan 2023 tentang kembali pada Al-Quran dan Sunnah (/freepik-freepik.com/)
Kuliah subuh Ramadhan 2023 tentang kembali pada Al-Quran dan Sunnah (/freepik-freepik.com/)

Apa yang telah dilakukan selama ini, paling baru sebatas infus untuk mempertahankan hidup, belum sampai pada pengobatan yang dapat menghilangkan penyakitnya.

Kini, kalau kita telah menyadarinya bahwa masyarakat Islam berada di dalam tantangan dan ketertinggalan, padahal dahulu pernah jaya, maka tuntunan kitab suci menuntut agar kita mencari sebab perubahan itu.

Mengapa kita berubah sehingga terpuruk dalam keadaan tertantang? Mengapa dewasa ini kita menjadi konsumen peradaban, sedang dahulu kita adalah produsennya?

Sebagian pakar berkata bahwa untuk mewujudkan peradaban diperlukan tiga unsur yang menyatu yaitu manusia + tanah/wilayah + waktu. Juga tersedianya elemen perekat ketiganya yaitu agama dan nilai-nilai spiritual.

Semua peradaban lahir dari ketiga hal tersebut, yang tentu saja disertai dengan perekatnya.

Menurut sebagian pakar, seperti Max Weber, bahwa kebangkitan Eropa lahir dari etika Protestan, di mana mereka menekankan bahwa surga dapat diperoleh melalui sukses di dunia, dan karena itu mereka bersungguh-sungguh membangun diri dan masyarakat dalam kehidupan dunia guna meraih surga ukhrawi.

Bandingkanlah nilai spiritual ini dengan pandangan sebagian umat Islam yang bertolak belakang dengan nilai tersebut.

Dalam pengamatan banyak pakar, nilai-nilai spiritual atau ajaran agama selalu menyertai lahirnya peradaban.

Bahkan dari lima belas peradaban besar yang dikenal dalam sejarah, dimulai dari Peradaban Sumeria hingga Peradaban Amerika dewasa ini, kesemuanya lahir dari upaya mempertahankan nilai-nilai tersebut yang terpaksa mereka lakukan dengan berhijrah ke tempat lain.

Umat Islam dewasa ini memiliki ketiga unsur peradaban di atas, manusia, tanah/materi, dan waktu.

Umat Islam pun memiliki ajaran agama, namun keadaan kita ternyata tidak seperti yang diharapkan. Jika demikian, kita harus mencari akar persoalannya yang sekaligus menjadi tantangan kita pada unsur peradaban itu, yakni manusia, tanah, dan waktu, juga pada nilai-nilai perekatnya, yakni pemahaman dan pengamalan agama kita.

Apakah ada yang keliru? Jumlah kaum Muslim banyak, tanah yang dimilikinya luas, dan waktu yang tersedia tidak lebih sedikit dari waktu pihak lain.

Jika demikian, bagaimana dengan ajaran agamanya? Adakah yang keliru?

Setiap Muslim pasti akan berkata: Tidak! Karena itu, boleh jadi pemahaman dan pengalaman kita terhadap al-Qur an yang keliru. Dari sini lahir slogan: Mari kembali kepada al-Quran dan Sunnah.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Fahri Rezandi Ibrahim

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X