Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits Qudsi bahwanya Allah berfirman :
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فإنهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Seluruh amalan bani Adam itu adalah milik dia kecuali puasa, adapun sesungguhnya puasa itu adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberikan pahala atas puasa tersebut.” (HR. Muslim)
Nabi menyampaikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menjelaskan tentang sebuah keistimewaan yang dimiliki oleh ibadah puasa yang itu tidak dimiliki oleh ibadah yang lainnya.
Apa itu? Allah Subhanahu wa Ta’ala mengistimewakan puasa dengan mengatakan “puasa itu untukKu dan Akulah yang akan memberikan secara langsung pahala atas puasa itu.”
Kemudian yang jadi pertanyaan, apa sih perbedaannya antara puasa dengan ibadah-ibadah yang lainnya seperti shalat, puasa, zakat, haji dan seterusnya?
Yang membedakan antara puasa dengan ibadah lainnya adalah di dalam ibadah puasa terdapat kejujuran seorang insan yang sangat mendominasi dirinya.
Sekarang kalau misalnya orang berpuasa atau tidak berpuasa yang tahu siapa? Ya yang tahu adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dirinya sendiri.
Mungkin saja ada orang yang tidak puasa, misalnya dia kesiangan kemudian dia bangun jam 6.30, tentunya waktu sudah habis dan terlanjur dia makan nasi goreng sampai kenyang.
Kemudian sisa-sisa minyaknya dia bersihkan sampai tidak tersisa sedikitpun tanda-tanda orang baru makan. Setelahnya dia berangkat ke kantor menampakan diri.
Berangkat dalam keadaan lemas, matanya agak kuyu seakan-akan dia berpuasa. Apakah teman-teman di kantornya tahu? Tidak tahu!!
Jadi didalam ibadah puasa, kejujuran seorang hamba itu sangat dominan manakala dia menjalankan ibadah tersebut. Adapun shalat, orang bisa melihatnya.
Apalagi berhaji, orang bisa melihatnya dan seterusnya. Tapi puasa, ketika seorang insan puasa, tidak makan dan tidak minum sementara dia mampu untuk makan dan minum manakala tidak dilihat orang orang lain.
Sebenarnya disini kita sedang digembleng oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita itu jujur dan ikhlas di dalam menjalankan ibadah kepada Allah.
Seandainya seorang hamba mempraktikkan kejujuran ini bukan hanya ketika dia berpuasa saja, tapi ketika dia menjalankan amanah, ketika dia menjalankan pekerjaan, ketika dia menjalankan tugas, berarti orang tersebut dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencapai sebuah hikmah yang sangat agung dari berpuasa.