“Hawa nafsu itu bisa dalam bentuk ibadah. Sedekah, contohnya. Misalkan, dia rajin sedekah tapi ibunya kelaparan atau istrinya tidak diberi nafkah. Dia rajin bersedekah, keluarganya masuk rumah sakit tapi dia tidak membantu,” ujar Buya Yahya.
Baca Juga: Sahkah Sholat Jika Pakai Pakaian Kotor, Ini Hukumnya Kata Buya Yahya
“Dia rajin ke Masjid, i’tikaf. Tapi di rumah, istrinya ketakutan. Padahal menemani istri juga berpahala. Misalkan di akhir 10 Ramadhan dia merasa harus i’tikaf di Masjid, tapi istrinya ketakutan di rumah. Ini antara dua, dia bodoh atau beribadah dengan hawa nafsu,” lanjut Buya Yahya.
Buya Yahya menegaskan, persoalan hawa nafsu hanya diketahui oleh pelakunya karena ada di dalam diri si pelaku.
Adapun orang lain hanya bisa melihat tanda-tandanya. Oleh karenanya setiap orang dianjurkan untuk mengkoreksi dan mengevaluasi diri sendiri.
Itulah penjelasan Buya Yahya mengenai perbedaan antara hawa nafsu dan bisikan setan. ***