Selain itu, hutang piutang dalam Islam hendaknya diperhatikan adabnya. Baik bagi yang berhutang maupun yang memberi hutang.
Hutang piutang merupakan sebab dari dari keharmonisan dalam kehidupan.
Hukum memberi hutang dalam Islam sangat dianjurkan kepada saudaranya yang memang sangat membutuhkannya.
Selain itu, seorang pemberi hutang juga harus memahami hukum menagih hutang dalam Islam, dan adab dalam menagih hutang.
Masalah yang sering terjadi dalam hutang-piutang adalah lupa nominalnya atau jumlah hutang.
Ketika lupa jumlah nominal hutang, begini cara menyelesaikan sengketanya seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW:
Dalam hadist, dari Abdullah bin Amr bin Ash, Nabi bersabda yang artinya: "Bukti itu menjadi tanggung jawab penuntut atau (mudda'i), dan sumpah menjadi pembela bagi yang dituntut (mudda'a 'alaih). HR. Turmudzi, Daruquthniz dan disahihkan Al-Albani.
Pelajaran dari hadist, dalam sebuah sengketa, di sana ada dua pihak.
Pertama, pihak yang menuntut dialah yang mengajukan klaim. Dalam hadist di atas, Nabi Muhammad SAW menyebutnya Mudda'i.
Kedua, pihak yang dituntut, dia yang diminta untuk memenuhi klaim. Dalam hadist di atas, Nabi Muhammad SAW menyebutnya Wadda'a 'alaih.
Kewajiban dan tanggung jawab masing-masing berbeda.
Pertama, untuk pihak penuntut atau mudda'i, dia diminta mendatangkan bukti atau saksi.
Kedua, untuk pihak yang dituntut atau mudda'a 'alaih, ada dua kemungkinan posisi;
- Jika mudda'i bisa mendatangkan bukti yang bisa diterima, maka dia bertanggung jawab memenuhi tuntutannya.
Artikel Terkait
Ustadz Abdul Somad Ungkap Ciri Orang yang Meninggal Husnul Khotimah, Ada Hal Ini di Atas Alis
Gus Baha Ungkap Perkara yang Harus Dihindari saat Bangun dari Tidur
Syekh Ali Jaber: Api Neraka Jahanam Tak Bisa Sentuh Tubuh Kita, Asal Lakukan Amalan ini
Ustadz Adi Hidayat Beri Satu Contoh Amalan Yang Bikin Rezeki Mengalir Deras, Bisa Bantu Lunasi Hutang
Ustadz Adi Hidayat: Ayat Al-Quran ini Bikin Rezeki Mengalir Deras, Bisa Datang Dari Berbagai Arah