Jokowi Ingin Buktikan Keaslian Ijazah, Ahli Digital Forensik Sempat Beberkan Analisis Data Harus Sesuai Ilmunya

photo author
- Kamis, 1 Mei 2025 | 07:00 WIB
Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) (kanan) dan Ahli Digital Forensik, Rismon Hasiholan (kiri). (Instagram.com/@jokowi - YouTube.com / Official iNews)
Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) (kanan) dan Ahli Digital Forensik, Rismon Hasiholan (kiri). (Instagram.com/@jokowi - YouTube.com / Official iNews)

Manadonesia.com - Ramai di media sosial (medsos) terkait kasus tudingan ijazah palsu milik Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi).

Sebelumnya, terdapat juga laporan terkait tudingan ijazah palsu Jokowi dari kelompok 'Pemuda Patriot Nusantara' ke Polres Metro Jakarta Pusat.

Sejumlah oknum tersebut antara lain, politikus, Roy Suryo, dr Tifauzia Tyassuma (dokter Tifa), Rismon Sianipar, dan Rizal Fadillah.

Baca Juga: Digital CX Awards 2025: BTN Berhasil Raih Penghargaan Best Retail Bank

Terkini, Jokowi bersama tim kuasa hukumnya telah mengajukan laporan kasus tersebut ke Polda Metro Jaya.

Jokowi juga mengizinkan pihak penyidik Polda Metro Jaya untuk melakukan digital forensik demi membuktikan keaslian ijazahnya.

"Kalau diperlukan, ya silakan (digital forensik) yang jelas sudah kita bawa ke ranah hukum," tutur Jokowi kepada awak media di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, pada Rabu, 30 April 2025.

Berkaca dari hal itu, sebelumnya, Ahli Digital Forensik, Rismon Hasiholan Sianipar yang turut dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Pusat terkait kasus ini tampil di hadapan publik.

Rismon sempat menjelaskan terkait cara analisis dalam uji keaslian data, seraya menyebut sebuah kajian ilmiah harus dilawan dengan kajian ilmiah.

Ahli Digital Forensik itu menganalisis dokumen, foto, video dan audio memang sesuai ilmu yang dimilikinya.

"Ada ilmunya, pertama, fake document analys, fake audio analys, fake image analys, fake video analys," tutur Rismon dalam program televisi 'Rakyat Bersuara' sebagaimana dilansir dari YouTube Official iNews yang tayang pada Selasa, 29 April 2025.

"Itu dalam ruang akademik kalau hasilnya tidak disukai orang jangan merasa gak suka ini kajian ilmiah harus dilawan dengan kajian ilmiah," tungkasnya.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Fahri Rezandi Ibrahim

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X