Masalah lain yang dinilai menekan perempuan pekerja adalah krisis biaya dan akses childcare.
Pendanaan federal untuk penitipan anak berkurang drastis pada 2025, memaksa banyak pusat penitipan tutup atau menaikkan tarif. Deportasi massal juga memperparah situasi, mengingat sekitar 20 persen tenaga kerja di sektor ini adalah imigran.
Akibatnya, pengeluaran keluarga AS untuk pendidikan anak yang sempat turun pada 2023-2024 kembali melonjak sejak akhir 2024, naik 3,3 persen di kuartal IV, dan terus naik sepanjang 2025.
"Banyak perempuan kini sulit membuat perhitungan biaya agar masuk akal," tukas Vogtman.***
Artikel Terkait
Sri Mulyani Bongkar Misi Prabowo di Balik Anggaran Fantastis Rp7 Triliun untuk Sekolah Rakyat
Viral Istri Gerebek Suami yang Diduga Anggota Polres Manokwari saat Bersama 2 Wanita di Kamar Hotel
143 Guru Mundur dari Sekolah Rakyat, Mensos: Penggantinya Sudah Siap
Kunjungi Desa Wisata Arjasa, Wamenpar Ni Luh Puspa Dorong Desa Wisata Ikuti Event Promosi hingga Kolaborasi untuk Perkuat Potensi Ekonomi
Sembahyang di Pura Agung Amertha Asri, Wamenpar Ni Luh Puspa Ajak Pemuka Agama Angkat Potensi Wisata Melukat Jember
Dompet Digital, Gaya Baru Mengatur Keuangan dan Berbelanja di Zaman Modern
Legislator Desak Pengawasan Tempat Hiburan Malam Diperketat usai Kasus Eksploitasi Remaja di Jakarta Barat Terungkap
Diduga Cemari Lingkungan dengan Limbah Cair, 4 Hotel di Puncak Kena Segel Kementerian Lingkungan Hidup
Peluncuran Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditargetkan Oktober-November, Fadli Zon Pastikan Tanpa Intervensi
Menyelami Filosofi Avicenna Tentang Mental Jiwa yang Kuat, Hidupkan Kecerdasan Seseorang