Sam Ratulangi mengajar di sekolah tersebut selama 3 tahun setelah itu ia pindah ke Bandung dan mulai membangun perusahaan Assurance-te Maatschappij Indonesia dengan Roland Tumbelaka.
Ronald Tumbelaka sendiri merupakan seorang dokter dari Minahasa.
Sam Ratulangi juga pernah bertemu dengan Ir. Soekarno, saat Presiden RI tersebut sedang berkunjung ke Bandung untuk sebuah Konferensi.
Pada tahun 1927, Sam Ratulangi bergabung di Volksraad atau lebih dikenal sebagai dewan rakyat atau lembaga perwakilan rakyat Indonesia.
Baca Juga: Bukan yang Pertama! Inilah Deretan Peristiwa Kebakaran Depo Pertamina di Indonesia
Ia merupakan perwakilan dari Minahasa. Di lembaga ini, Sam memperjuangkan dan membela hak-hak rakyat Indonesia yang tertindas dan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.
Beliau sempat difitnah dan dipenjara di Sukamiskin oleh kolonial Belanda mengenai ongkos jalan yang tidak sesuai dengan ketentuan umum.
Upaya Belanda tersebut hanya untuk menjauhkan rakyat dari pengaruh Sam Ratulangi.
Pada awal Agustus 1945, Sam Ratulangi ditunjuk sebagai salah satu anggota persiapan kemerdekaan Indonesia mewakili Sulawesi Utara.
Pada tanggal 17 agustus 1945, Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubernur Sulawesi yang berkedudukan di Ujung Pandang.
Kemudian pada tanggal 5 April 1946 Sam Ratulangi beserta para stafnya ditangkap dan sempat dipenjara sebulan di Ujung Pandang kemudian diasingkan ke Serui Irian Jaya.
Setelah persetujuan Renville di tahun 1948 terjadi, Sam Ratulangi akhirnya dibebaskan, beliau pergi ke Yogyakarta dan ditunjuk Ir. Soekarno sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung dan juga delegasi Indonesia dalam perundingannya dengan Belanda.
Pada tanggal 30 Januari 1949 pagi hari, Dr. Sam Ratulangi wafat dan dimakamkan sementara di pekuburan Tanah Abang.
Kemudian pada tanggal 23 juli 1949, jenazah beliau diangkut ke Manado dan tiba pada tanggal 1 Agustus, lalu esok harinya di makamkan di tanah kelahirannya di Tondano, Sulawesi Utara.