Namun ada pengecualian ketika Imam membacakan Surat At-Tin.
Hal ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, di mana ketika Imam membaca kalimat:
اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ
Alaisallahu bi ahkamil hakimin
“Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?”
Maka makmum disunnahkan untuk membaca :
بَلَى، وَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ
“Iya, Saya menyaksikan hal itu. (bersaksi bahwa Allah Hakim yang seadil-adilnya).”
Lebih lengkapnya, isi dari hadits tersebut adalah sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم: أنه قال من قرأ والتين والزيتون فقال أليس الله بأحكم الحاكمين فليقل بلى وأنا على ذلك من الشاهدين رواه أبو داود والترمذي
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah yang mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang membaca surah wat tini waz zaitun, dan sampai ayat alaisallahu bi ahkamil hakimin, bacalah ‘bala wa ana ‘ala dzalika minas syahidin’.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi)
Nah, kalau kita perhatikan secara saksama, semua bacaan shalat itu berbahasa Arab, padahal tidak semuat umat Muslim fasih dengan bahasa ini.
Sebagai contohnya kita yang lahir dan dibesarkan di Indonesia, bahasa Arab tentu saja bukan merupakan bahasa percakapan sehari-hari kita.
Sedangkan dalam shalat, baik bacaan maupun doa-doa yang diucapkan, kesemuanya menggunakan bahasa Arab.
Jadi, bagaimana kalau kita ternyata belum menghafal keseluruhan bacaan shalat dalam bahasa Arab?