nasional

Tanpa Harus Pamer, Begini Strategi Bangun Personal Branding demi Bisnis Menggeliat Cepat di Media Sosial

Senin, 1 September 2025 | 19:54 WIB
Ilustrasi bisnis yang efektif dengan membangun personal branding untuk menarik atensi publik di berbagai platform media sosial. (Freepik.com)

Manadonesia.com - Sebagian para pemilik usaha merasa canggung saat harus tampil di media sosial (medsos). Terutama, bagi mereka yang tidak suka membicarakan diri sendiri, membagikan pencapaian, atau merasa dirinya pemalu.

Kendati begitu, promosi diri atau personal branding lewat medsos kini menjadi bagian penting dalam mengembangkan bisnis.

Promosi diri dinilai tidak hanya membantu membangun citra pribadi, tetapi juga bisa memperkuat posisi sebagai pemimpin opini di industri yang digeluti. Hal ini pada akhirnya akan berdampak langsung pada kepercayaan konsumen dan pendapatan bisnis.

Baca Juga: Prabowo Diminta Nasionalisasi BCA untuk Tutupi Utang Negara, Sasmito Ungkap Dugaan Skandal BLBI

“Promosi diri lewat media sosial tidak selalu berarti pamer. Ada banyak cara untuk tetap terlihat profesional sekaligus autentik,” tulis Forbes dalam laporannya yang dikutip pada Senin, 1 September 2025.

Salah satu langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan kurasi konten. Alih-alih langsung membuat konten orisinal, pebisnis bisa membagikan artikel, tulisan blog, atau video dari sumber lain.

Cara ini dinilai akan membuat perhatian publik tetap terfokus pada isu atau informasi yang relevan, bukan pada diri si pemilik usaha.

Agar lebih bernilai, pemilik bisnis bisa menambahkan opininya pada konten yang dibagikan.

Misalnya, memberi komentar soal dirinya yang setuju ataupun tidak dengan isu yang sedang hangat, atau membagikan pelajaran yang dipetik dari artikel tertentu.

“Daripada sekadar menyebut diri sebagai ahli, tunjukkan lewat pengalaman, studi kasus, atau tips praktis. Dengan begitu, audiens melihat kompetensi tanpa merasa sedang dibombardir promosi,” ungkap Forbes.

Langkah lain yang disarankan adalah bercerita lewat pengalaman pribadi. Storytelling dianggap ampuh untuk membangun kedekatan dengan audiens tanpa terkesan menjual.

Pebisnis bisa membagikan kisah di balik layar, tantangan yang dihadapi, hingga pelajaran penting dari perjalanan usaha.

Pengalaman pelanggan juga layak untuk ditampilkan. Testimoni, perjalanan konsumen, hingga konten buatan pengguna bisa menjadi “kemenangan” yang dibagikan tanpa terlihat berpusat pada pemilik usaha.

Menurut penelitian Wyzowl, 9 dari 10 orang lebih percaya pada cerita pelanggan dibanding klaim bisnis itu sendiri.

“Cerita pelanggan adalah aset penting. Mereka bisa membangun kepercayaan dan kredibilitas bisnis jauh lebih kuat dibanding iklan,” jelas Forbes terkait penelitian tersebut.

Halaman:

Tags

Terkini