Niatnya bertaubat tidak berhenti. Ketika bertemu seorang alim, ia pun mengajukan pertanyaan serupa.
Oleh sang alim ini dijawab kalau dosanya bisa diampuni. Dan sebagai upaya taubat nasuha, ia dianjurkan hijrah ke suatu daerah yang kondusif bagi taubatnya.
Di tengah perjalanan, ia meninggal. Hingga berdebatlah malaikat rahmat dan malaikat azab, orang ini menjadi urusan siapa.
Lalu datanglah malaikat lain yang diutus Allah untuk menyelesaikan perselisihan itu. “Ukurlah jarak kedua tempat tersebut. Mana yang jaraknya lebih dekat, apakah tempat maksiat atau tempat hijrahnya, maka ia yang berhak atas orang ini.”
Ketika diukur jaraknya, ternyata ia lebih dekat ke tujuan hijrah. Hingga ruhnya pun menjadi urusan malaikat rahmat.
Dalam riwayat lain disebutkan, Allah memendekkan jarak laki-laki itu dengan tujuan hijrah.
Contoh lain dialami oleh seorang wanita dari Juhanah. Ia mengaku telah berzina dan kini ia hamil. Wanita itu bertaubat dan meminta ditegakkan hudud (rajam) atasnya.
Rasulullah menyuruh wanita itu kembali untuk menjaga kandungannya sampai bayinya lahir.
Setelah berselang beberapa lama dan bayinya telah lahir, wanita itu datang lagi meminta dirajam. Akhirnya ia dirajam. Rasulullah menshalatkan jenazahnya.
“Ya Rasulullah, engkau menshalatinya padahal ia telah berbuat zina?” tanya Umar bin Khatab meminta penjelasan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ تَوْبَةً أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلَّهِ تَعَالَى
Sungguh dia telah bertaubat. Seandainya taubatnya dibagikan kepada 70 penduduk Madinah, taubat itu pasti mencukupinya. Apakah kamu menjumpai seseorang yang lebih utama daripada seorang yang mengorbankan dirinya untuk Allah Ta’ala? (HR. Muslim)
Karenanya, apapun dosa kita, kita segera bertaubat. Kita perbanyak membaca istighfar.
Pembagian Dosa
Imam Al-Ghazali di dalam Ihya’ Ulumuddin menyebutkan sifat-sifat pembangkit dosa yang kemudian diringkas oleh Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin. Menurut beliau, sifat pembangkit dosa dibagi menjadi empat :
1. Sifat rububiyah (ketuhanan). Dari sini muncul takabur, membanggakan diri, mencintai pujian dan sanjungan, mencari popularitas, dan lain sebagainya. Ini termasuk dosa-dosa yang merusak, sekalipun banyak orang yang melalaikannya dan menganggap bukan dosa
Artikel Terkait
Kultum Ramadhan 1444 H Tentang Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Kultum Singkat Ramadhan Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Mengembangkan Fitrah Anak
Kultum Ramadhan 2023 Tentang Membangun Sistem Keluarga Muslim
Kultum Ramadhan 2023 Tentang 6 Langkah Agar Puasa Berkualitas
Kultum Ramadhan 2023: Hakikat Puasa Bukan Sekedar Menahan Lapar dan Haus
Kultum Ramadhan 2023: Hakikat dan Keutamaan Sabar dalam Menjalankan Ibadah Puasa
Kultum Ramadhan 2023: Puasa Adalah Jihad yang Harus Ditingkatkan Produktifitasnya
Kultum Ramadhan 2023: Mengoptimalkan Ibadah pada Bulan Puasa, Umat Muslim Wajib Lakukan
Kultum Ramadhan 2023: Inilah Keutamaan Gemar Bersedekah, Cocok Dibawakan Sebelum Sholat Tarawih
Kultum Ramadhan 2023: Bahaya Kemunafikan yang Banyak Muslim Tidak Mengetahuinya, Astagfirullah!