MANADONESIA.COM - Tradisi Mintahang adalah salah satu tradisi yang berkembang secara tradisional dalam Bolaang Mongondow.
Sebelum Islam (juga termasuk sebelum Kristen) hadir dan berkembang di Bolaang Mongondow, telah ada kepercayaan tradisional yang diyakini di kerajaan ini.
Orang-orang Mongondow dahulu sudah mengenal istilah Ompu Duata (Tuhan yang Esa), atau sebutan lainnya adalah Kitogi (Sang Maha Memiliki), yang merujuk pada penguasa alam semesta.
Ini sebenarnya menandakan kalau suku Mongondow saat itu telah mengenal konsep Ketuhanan. Namun, dalam praktek yang belum benar-benar sempurna menyembah Tuhan yang Esa, sebab ritual kepercayaannya identik dengan ancestor worship (penyembahan leluhur).
Baca Juga: Monginbalu Kon Bulan, Tradisi orang Bolaang Mongondow Sebelum Menjemput Bulan Suci Ramadhan
Sebagaimana yang dijelaskan Seven Kosel dalam The History of Islam in Bolaang Mongondow: …ancestor worship was the central element in the traditional religion of Bolaang Mongondow (penyembahan leluhur adalah inti dalam agama tradisional Bolaang Mongondow).
Dan sebab untuk terhubung dengan arwah leluhur, orang-orang harus menggunakan mediator berupa shaman (dukun), sehingga praktek dari ritual agama tradisional Bolaang Mongondow adalah shamanisme.
Dalam hal ini, bisa dipahami kalau posisi Islam ketika hadir di tengah masyarakat Bolaang Mongondow menjadi pelurus konsep Ketuhanan yang belum sempurna tersebut, bahwa yang berhak disembah hanya Allah SWT, atau dalam term Mongondow dikenal sebagai Kitogi (Sang Maha Memiliki), bukan para leluhur.
Baca Juga: Paling Meriah, Inilah Tradisi Warak Ngendog, Cara Masyarakat Semarang Sambut Ramadhan
Ritual penyembahan leluhur dalam masyarakat Bolaang Mongondow, sebelum Islam hadir, sebenarnya tidak lepas dari sikap orang-orang Mongondow yang begitu menghormati leluhur, dan menganggap beberapa leluhur sebagai manusia keramat yang punya banyak keajaiban.
Apalagi diketahui kalau para bogani (leluhur yang merupakan pemimpin di masa lalu) merupakan orang-orang yang senantiasa menjaga kesucian diri, dan juga digambarkan dalam cerita-cerita rakyat setempat sebagai manusia yang punya kekuatan luar biasa.
Meski ritual penyembahan leluhur sudah tidak ada lagi, namun keyakinan-keyakinan terkait sifat superior dari para bogani tetap mengalir dalam masyarakat.
Bahkan masih ada yang meyakini kalau jiwa mereka terus menjaga tanah Bolaang Mongondow dari pengaruh roh-roh jahat.
Baca Juga: Tradisi Unik Jelang Ramadhan di Mesir, Lentera Cantik Ada di Mana-mana
Dalam konteks kekinian, hal ini bisa diterima, jika semangat para bogani masih mengalir dalam darah keturunannya orang Mongondow dan kearifan lokal mereka tetap diwarisi pada generasi penerus, itu sama artinya dengan para bogani terus hidup di tengah-tengah masyarakat Bolaang Mongondow.
Artikel Terkait
Inilah Tradisi Unik 5 Negara saat Bulan Ramadhan, Nomor 3 Ide Bagus Untuk Ditiru di Indonesia
Tradisi Menyambut Ramadhan Unggahan Bonokeling Banyumas, Pikul Hasil Bumi Hingga Masuk Makam Tanpa Alas Kaki
Malamang Lamang Siarang Solok, Tradisi Menyambut Ramadhan Pakai Menu Mirip Nasi Jaha Manado, di Mana Bedanya?
Tradisi Unik Jelang Ramadhan di Mesir, Lentera Cantik Ada di Mana-mana
Paling Meriah, Inilah Tradisi Warak Ngendog, Cara Masyarakat Semarang Sambut Ramadhan
Wow! Ternyata Tradisi di Turki Saat Ramadhan Tak Beda Jauh Dari Kebiasaan Warga Kotamobagu Sulawesi Utara
Miss World Aishwaryarai Menikah dengan Pohon Pisang? Berikut Tradisi Pernikahan Paling Aneh di Dunia
3 Suku Unik dan Seram di Dunia, Ada Tradisi yang Boleh Rebut Suami Orang Loh!
Pribumisasi Islam ala Gus Dur, Islam Madzhab Santai yang Ramah Terhadap Tradisi dan Kebudayaan Indonesia
Monginbalu Kon Bulan, Tradisi orang Bolaang Mongondow Sebelum Menjemput Bulan Suci Ramadhan