Namun bisa juga pengolahannya itu dengan cara menuangkan bara langsung ke dalam campuran bahan-bahannya.
Bacoho ini umumnya dilakukan oleh setiap anak perempuan saja, namun bukan berarti ada larangan bagi laki-laki yang ingin keramas dengan cara sama.
Biasanya Bacoho dilakukan sehari sebelum bulan Ramadhan tiba, sebagai tanda pembersihan raga sebelum datangnya bulan yang penuh rahmat bagi umat Islam.
Selain Bacoho, ada lagi tradisi yang tidak kalah uniknya di Kota Gorontalo, yakni merebus perlengkapan shalat dengan rempah.
Merebus perlengkapan shalat dengan rempah ini disebut dengan Langgilo.
Biasanya tradisi Langgilo ini dilakukan warga Gorontalo untuk membersihkan perlengkapan shalat, dengan cara merendamnya dalam ramuan rempah.
Baca Juga: Hampir Punah! Tradisi Nyorog Betawi Menyambut Bulan Ramadhan Tergerus Era Milenial
Bahan-bahan rempah yang digunakan pun tidak jauh berbeda dengan ramuan Bongo Yiladu untuk Bacoho.
Yakni kelapa parut, daun jeruk, daun pandan, kulit jeruk, sereh, daun kunyit hingga nilam.
Semua bahan tersebut akan direbus hingga mengeluarkan aroma harum yang sangat khas, yang tidak kalah harum dengan pewangi modern.
Air rebusan inilah yang kemudian digunakan untuk merendam mukena, sarung, sajadah, hingga perlengkapan shalat lainnya.
Baca Juga: Nikmatnya Makan Bersama, Inilah Tradisi Megibung Khas Masyarakat Bali Jelang Ramadhan
Aroma khas yang dihasilkan dari rebusan rempah tersebut, ternyata dianggap sebagai pertanda oleh warga Gorontalo, bahwa bulan Ramadhan akan tiba.
Sayangnya, tradisi Bacoho dan Langgilo ini sudah mulai dilupakan oleh sebagian masyarakat, yang memiliki pemikiran modern.