Karena memang asal mula dari tradisi ini dibawa langsung oleh Kyai Modjo yang merupakan orang Jawa asli.
Bedanya di sini, jika pada Nyadran identik dengan tadarus Al-Qur’an, berdzikir, tahlil dan doa kepada leluhur.
Maka untuk tradisi Pungguan sendiri, dilakukan dengan cara membaca Surat Yasin, bersholawat, hingga saling bersilaturahmi antar warga.
Uniknya lagi, mereka yang terlibat dalam tradisi Pungguan ini ternyata tidak hanya warga Kampung Jawa Tondano saja, namun ada juga yang datang dari Kota Manado.
Baca Juga: Hikmah Ramadhan 1444 H: Gus Baha Sering Mengamalkan Sura Al Fatihah 313 Kali, Kenapa?
Begitu indahnya kebersamaan yang tercipta di sini, karena selain mereka yang menjadi penduduk asli Jaton, warga di luar wilayah tersebut pun turut andil dalam membudayakan tradisi Pungguan ini.
Rasa saling menghargai dan menghormati telah menjadi salah satu unsur yang memperkuat kekeluargaan, tidak hanya di Kampung Jawa Tondano, namun juga di seluruh Sulawesi Utara.***
Artikel Terkait
Sambut Ramadhan, Tradisi Nyadran Dilakukan Masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta, Berkumpul Untuk Lakukan ini
Meugang, Tradisi Unik Masyarakat Aceh Menjelang Bulan Ramadhan
Tradisi Dugderan Sambut Ramadhan di Semarang, Ternyata Punya Makna Mendalam
Nikmatnya Makan Bersama, Inilah Tradisi Megibung Khas Masyarakat Bali Jelang Ramadhan
Hampir Punah! Tradisi Nyorog Betawi Menyambut Bulan Ramadhan Tergerus Era Milenial
Tradisi Padusan Sambut Datangnya Bulan Ramadhan di Boyolali Jawa Tengah, Ada Mata Air Untuk Ritual ini Lho
Tradisi Munggahan Suku Sunda di Jawa Barat, Ternyata Mempunyai Berbagai Makna ini di Bulan Ramadhan
Masya Allah! Umat Islam di Bali Lakukan Tradisi Megibung di Bulan Ramadhan, ini Filosofinya
Nyorog, Tradisi Khas Betawi Menyambut Bulan Suci Ramadhan, Bisa Pererat Tali Silaturahmi
Puisi Saku, Untuk Ramadhanku